Perawatan Rebusan

Dalam Perawatan, semua peralatan memerlukan perhatian.

Setiap Rebusan harus dibersihkan bahagian dalamnya minimal setiap 2 minggu untuk dilakukan pemeriksaan, perawatan dan perbaikan yang diperlukan.

Selain hal tersebut diatas, maka Perawatan routine yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :

–     Periksa kebocoran Pipa-pipa uap dan Pipa Kondensat secara rutin. Jika ada kebocoran agar segera dilas/ganti, sebab jika hal ini dibiarkan akan mengganggu proses Perebusan Buah (pemborosan uap) dan akan mengotori sekitar Stasiun Rebusan.

Setiap kebocoran agar segera dilas pada keesokan harinya pada saat Rebusan Dingin. Kawat las yang digunakan adalah : Philips PH 36 S atau Equivalent.

Untuk mengetahui apakah perbaikan sudah baik dan tidak ada lagi bahagian lain yang masih bocor, maka perlu diadakan pemadatan dengan air dingin bertekanan Max. 2 Kg/Cm2. Apabila masih terdapat kebocoran segera lakukan pengelasan ulang.

–     Safety Valve (katup pengaman) yang terdapat pada Rebusan agar diperiksa setiap bulan apakah bekerjanya masih akurat.

Bila diperlukan (kalau ada kebocoran) maka katup dan tempat kedudukannya harus dibersihkan dan di-Skur, untuk kemudian dilakukan penyetelan ulang terhadap kepegasan dari per (spring) yang menekan katup tersebut.

Penyetelan-penyetelan semacam ini tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, melainkan oleh seorang tukang yang cukup berpengalaman dan dibawah pengawasan salah seorang “Staff”.

Selanjutnya pada safety Valve dipasang Segel atau Seal kembali dan siapapun dilarang membuka Segel atau Seal tersebut tanpa izin dari Mill Manager.

 

Pemeriksaan Sebelum Rebusan Dioperasikan

Rebusan adalah merupakan suatu bejana uap bertekanan yang bekerja dengan tingkat resiko yang tinggi.

Oleh karena itu maka rebusan dan unit pendukungnya harus diperiksa sebelum dioperasikan.

Hal-hal yang perlu diperiksa antara lain :

–          Packing Pintu

Kerusakan pada Packing Pintu biasanga timbul pada bahagian bawah, hal ini disebabkan adanya genangan Air Kondensat.

Untuk itu kebocoran Packing Pintu terutama pada bahagian bawah harus benar-benar diperiksa. Jika hal ini terjadi segera lakukan penggantian.

–          Manometer (Alat Pengukur Tekanan)

Manometer yang terdapat pada bahagian atas pintu muka/belakang harus diperiksa apakah masih berfungsi atau tidak, sebab Manometer ini adalah sebagai alat Indikator bagi Operator untuk menentukan apakah tekanan dalam Rebusan masih ada atau tidak.

Seluruh Valve, seperti Valve pemasukan/pengeluaran, Valve Kondensat harus diperiksa apakah berfungsi atau tidak. Untuk yang menggunakan Valve Automatic pemeriksaan dilakukan dengan mengoperasikan Compressor, sedangkan untuk yang menggunakan sistem manual pemeriksaan dilakukan dengan cara memutar Valve dengan tangan.

–          Plate Penyaring Kondensat

Penyaring Kondensat yang terdapat pada lantai dalam Rebusan harus diperiksa apakah ada Brondolan yang sangkut, sebab jika hal ini diabaikan dapat menghambat pengeluaran Air Kondensat pada saat pengoperasian.

Genangan Air Kondensat ini akan mempercepat rusaknya Packing Pintu.

–          Katup Pengaman

Periksa Mekanisme dari katup pengaman (Safety Valve) apakah sudah berfungsi baik.

–          Cantilever (Jembatan untuk keluar/masuk lorry rebusan)

Periksa apakah cantilever dalam keadaan baik dan tidak “Baling” (Twisted). Hal ini harus benar-benar diperhatikan agar lorry yang masuk/keluar dari Rebusan tidak terganggu (jatuh).

–          Condensat Pit Pump (Pompa air kondensat)

Periksa apakah pompa dapat beroperasi dengan baik dan normal.

Catatan :

Kepada para operator Rebusan perlu dijelaskan dan ditekankan bahwa :

“DILARANG KERAS” membuka pintu Rebusan sebelum tekanan pada Manometer menunjukkan angka Nol Kg/Cm2, karena hal ini dapat berakibat fatal dan mencelakakan Operator itu sendiri disamping merusak Packing dan pintu Rebusan.

Cara Perebusan

Dalam menetapkan waktu untuk satu siklus perebusan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

–          Tekanan uap Rebusan (maksimum setiap puncak).

–          Menguras atau mengeluarkan udara dari dalam Rebusan.

–          Waktu merebus (memperoleh suhu yang baik dalam tandan).

–          Kebutuhan Uap.

–          Kapasitas Rebusan.

1. Tekanan Uap Rebusan

Dalam pengalamam bahwa untuk merebus dengan tekanan uap 3 bars (3,060 kg/cm2) selama 25 menit akan memberikan hasil perebusan yang sama jika tandan buah direbus dengan tekanan uap 1,5 bars selama 55 menit.

Tujuan dari pada pemakaian tekanan uap tinggi ialah untuk menghemat waktu, meskipun diketahui ada batasnya.

Tekanan uap tinggi dengan sendirinya memberikan suhu yang tinggi dan suhu yang tinggi dapat merusak kwalitas dari Minyak Sawit dan Inti Sawit. Pada Minyak Sawit harus diperhatikan tingkat pemucatannya, sedang untuk Inti Sawit harus dihasilkan warna Inti dalam yang putih.

Setelah diadakan beberapa kali percobaan perebusan buah, maka hasil perebusan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dengan total waktu 80 s/d 90 menit dinilai cukup memuaskan.

2. Menguras

Sebelum dapat mengeluarkan udara dari sela-sela tandan buah, perlu sekali untuk terlebih dahulu menguras udara yang berada disekitar tandan dan yang mengisi ruang kosong Ketel Rebusan.

Pengurasan udara pertama adalah saat bermulanya perebusan tandan buah. Uap dimasukkan melalui kran pemasukan (Inlet Valve) sementara kran pengeluaran tetap terbuka. Uap yang masuk telah memungkinkan mendorong udara keluar dan tekanan dalam Ketel Rebusan dibuat serendah mungkin kira-kira hanya sekitar 0,1 – 0,2 kg/cm2.

Untuk memberikan hasil kerja yang lebih memuaskan, pipa pemasukan uap dibagian atas Ketel Rebusan, dilengkapi dengan pelat pembagi uap (Steam Distribution Plate) dan pipa pengeluaran (Blow Down Pipe) dilengkapi dengan Plate berlobang (saringan) untuk penahan buah dan kotoran agar tidak mengganggu bekerjanya kran-kran pembuangan.

3. Waktu Merebus

Untuk menguras udara keluar dari sela-sela tandan buah dipergunakan dua puncak pengurasan yang dengan cepat dapat menurunkan tekanan didalam Bejana dari 2,3 – 2,5 kg/cm2 menjadi nol kg/cm2.

Setelah tahap kedua pengurasan selesai, uap dimasukkan lagi untuk puncak ketiga sampai tekanan dalam Rebusan mencapai 2,8 kg/cm2. Selanjutnya buah yang berada didalam Rebusan dibiarkan berada dibawah pengaruh tekanan uap selama beberapa waktu sesuai kebutuhan.

Lamanya buah dibawah tekanan uap ini berkisar antara 35 s/d 43 menit tergantung dari kwalitas dan kondisi buah.

Untuk jelasnya dibawah ini digambarkan Kurva Tekanan Uap pada Bejana Rebusan tersebut sebagai berikut :

kurva perebusan

kurva perebusan

Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan normal yang dilakukan secara manual adalah sebagai berikut :

– 13 menit pemasukan uap pertama dari 0 – 2,3 kg/cm2 sudah    termasuk menguras udara 2 menit.

– 2      menit pembuangan uap pertama sampai nol.

– 12   menit pemasukan uap kedua kali sampai 2,5 kg/cm2.

– 2      menit pembuangan uap kedua kali sampai nol.

– 13   enit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 kg/cm2.

– 43   menit uap ditahan setelah mencapai tekanan 2,8 kg/cm2.

– 5         menit pembuangan akhir uap/air yang masih tinggal sampai tekanan menjadi nol kg/cm2.

4. Kebutuhan Uap

Kebutuhan pemakaian uap selama perebusan dan pengolahan dapat dinyatakan sebagai berikut : rata-rata kebutuhan uap untuk pengolahan dan perebusan ialah 450 kg per ton TBS, yang dapat diperinci 270 kg uap untuk perebusan dan 180 kg uap untuk proses pengolahan lainnya.

Kebutuhan uap untuk mencapai puncak setiap cyclus perebusan membutuhkan uap yang berlainan sekali, meskipun rata-rata untuk perebusan 270 kg uap per ton TBS. Dari hasil percobaan ternyata bahwa untuk mencapai puncak dibutuhkan ± 800 kg uap per ton TBS.

Penggunaan uap yang besar ini, relatif singkat berkisar 3-4 menit, tetapi pada saat tertentu bisa juga mencapai 6-10 menit tergantung dari tekanan uap yang tersedia.

5. Kapasitas Rebusan

Perebusan adalah langkah awal suatu proses pengolahan Kelapa Sawit, dan untuk itu perlu dihitung secara pasti berapa unit Bejana Rebusan yang dibutuhkan untuk suatu Pabrik sesuai kapasitas yang diinginkan.

Sebagai contoh akan dihitung kebutuhan Rebusan untuk suatu Pabrik dengan kapasitas 45 ton FFB/jam, sebagai berikut :

Ditentukan bahwan Rebusan yang akan digunakan adalah dengan diameter 2100 mm x 30.000 mm panjang dengan isi lori 10 buah @ 2.750 kg/lori, atau 27,5 ton sekali isi.

Apabila :

Cyclus perebusan adalah 100 menit (termasuk buka dan tutup pintu Rebusan) maka kebutuhan unit Rebusan untuk PKS kapasitas 45 ton FFB/jam adalah :

Kebutuhan Rebusan =  (Kap. PKS x Cyclus perebusan dalam menit)/(Isi Rebusan x 60 menit)

Atau (45  x 100)/(27.5 x 60) = 2,73 unit rebusan

Dibulatkan menjadi 3 unit rebusan

PEREBUSAN (STERILISASI)

1.    Pendahuluan

Tahap pertama setelah melalui Loading Ramp, yang harus dijalani oleh Buah Kelapa Sawit dalam rangka pengolahan untuk memperoleh Minyak dan Inti Sawit adalah proses perebusan atau lazim disebut proses sterilisasi.

Didalam proses perebusan Buah Kelapa Sawit dibiarkan selama 80 sampai 90 menit berada dibawah pengaruh panas dari uap air (Steam) dengan tekanan sampai 2.8 kg/cm2.

Setiap Pabrik Kelapa Sawit tentunya menginginkan hasil minyak dengan tingkat keasaman yang rendah, Minyak dengan kwalitas baik, juga menginginkan Minyak yang mudah dipucatkan (Bleaching).

Buah yang terlalu matang (Over Ripe) dari kebun, pengurasan udara yang kurang baik dari Ketel Rebusan, waktu perebusan terlalu lama dan suhu perebusan terlalu tinggi mengakibatkan Minyak yang diperoleh akan lebih sulit dipucatkan.

2.    Maksud Sterilisasi

Maksud dari Sterilisasi antara lain adalah sebagai berikut :

a.   Menghentikan Perkembangan ALB (FFA)

Pada awalnya perebusan dimaksudkan adalah untuk menghentikan kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid yang berasal dari buah, dengan cara menghentikan kegiatan enzym penyebab Hidrolisa Minyak.

Telah dibuktikan bahwa untuk menghentikan enzym sudah cukup dengan merebus sampai suhu 50°C selamma beberapa menit saja.

Ditinjau dari sudut lain perebusan mempunyai sangkut paut dengan langkah pengolahan selanjutnya jika diinginkan hasil yang lebih baik. Maksud perebusan tidak dapat ditinjau dari segi menghentikan kegiatan enzym saja, sehingga perebusan yang baik harus dilakukan dengan suhu tinggi dan lebih dari beberapa menit.

b. Memudahkan Pemipilan (Stripping/Threshing)

Untuk melepaskan brondolan (Spikelets Fruits) dari tandan secara manual sebenarnya sudah cukup merebus dalam air mendidih.

Akan tetapi untuk melepaskan buah dari tandan dengan Stripper, perebusan cara diatas tidak memadai dan disini diperlukan uap jenuh bertekanan rendah agar diperoleh suhu yang semestinya dibagian dalam tandan buah.

Kenaikan suhu di dalam tandan buah dapat dihambat oleh adanya udara sekeliling tandan, jadi udara ini harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dimulai perebusan yang sebenarnya.

Untuk ini uap masuk dikeluarkan lagi sampai dua kali sebelum dimulai perebusan.

Selama pengeluaran uap dua kali ini, sekeliling tandan sudah bebas udara dan pada pemasukan uap yang terakhir diharapkan suhu dalam tandan dapat bertambah.

Cara kerja perebusan yang telah disempurnakan, disebut perebusan tiga puncak (Triple Peak Sterilization), dimana dua puncak pertama uap masuk dan keluar dipergunakan untuk membebaskan udara sekeliling tandan dan puncak terakhir khusus untuk merebus dan menaikkan suhu tandan.

c. Penyempurnaan dalam Pengolahan

Selama perebusan tiga puncak kadar air dalam buah menjadi berkurang atau dengan kata lain kadar air itu sebagian telah diuapkan dari dalam buah. Dengan berkurangnya air, susunan daging buah (Pericarp) menjadi berobah satu sama lain sehingga pengambilan Minyak dari serat selama proses pengempaan dan memisahkan dari zat bukan lemak (Non Oil Solid) pada proses pemurnian akan lebih mudah dikerjakan.

Pada waktu bersamaan sel-sel Minyak akan pecah dan berada dalam keadaan bebas saat pengeluaran uap perebusan (puncak ketiga).

Senyawa Protein dalam hal ini merupakan cairan Emulsi yang berbeda sehingga lapisan Minyak lebih mudah dipisahkan sewaktu proses pemurnian.

Untuk keseluruhannya dengan perebusan tiga puncak, akibat dari penguapan sebagian air dalam daging buah, maka kemungkinan kehilangan Minyak didalam serat maupun dalam lumpur buangan pada proses pemurnian akan menjadi lebih kecil.

d. Penyempurnaan dalam Pengolahan Inti Sawit

Yang utama dihadapi pada proses pengolahan Inti Sawit adalah sifat lekat dari Inti Sawit terhadap cangkang, dimana Inti terikat kuat pada cangkangnya. Dengan proses perebusan maka kadar air dalam biji sebagian dikurangi sehingga daya lekat Inti Sawit terhadap cangkangnya menjadi berkurang.

Pada proses perebusan tiga puncak pengurangan kadar air dalam biji juga relatif lebih besar hingga proses pengolahan biji tidak akan mengalami kesulitan lagi.

Artikel Terkait :

Cara Perebusan

Pemeriksaan Sebelum Rebusan Dioperasikan

Perawatan Rebusan